Thursday 10 March 2016

Sejarah P.O. Laju Prima



Memiliki nama besar di dunia bus pariwisata dan antar jemput karyawan, tak berarti mudah masuk ke jalur bus trayek antar kota antar propinsi. Jatuh bangun harus dirasakan PO Laju Prima, salah satu sayap bisnis Hiba Utama Grup di jalur antar kota. Diperlukan waktu dua tahun untuk menarik perhatian pelanggan. “Kami mencari jalur yang mudah, yakni trayek jarak dekat di seputar Jakarta sebelum mencoba masuk ke trayek bus malam,” kata Manajer Operasional PO Laju Prima Ossy Sutedja.
Menurut Ossy, akhir tahun 1990-an, pimpinan Hiba Utama Krisna Hidayat, mencoba mengembangkan usaha transportasi bus yang sudah berdiri sejak 1949. saat itu, kata dia, pilihannya mengembangkan usaha pada jalur bus antar kota. Ada PO Laju Utama, PO Laju Prima dan PO Bela Utama yang menjadi perintis jalur antar kota.
Bermodalkan armada milik Hiba Utama Pariwisata, lanjut Ossy, PO Laju Prima mulai melayani Merak-Bandung dan Merak-Kampung Rambutan di tahun 2002. Langkah ini diambil menyusul pembukaan jalur Sukabumi-Pulogadung di tahun 2000 menunjukkan respon positif. Cara ini cukup strategis, dengan jarak tempuh yang dekat, dan armada warisan perusahaan induk, modal yang dikeluarkan relatif murah untuk sebuah insvestasi awal. Kematangan manajemen Hiba Utama mengelola anak usahanya terlihat dalam mengelola bus bertrayek antar kota. Dengan jarak yang pendek, mereka bisa mengoperasikan berapapun armada yang dibutuhkan, karena relatif mudah dikelola.
Untuk bus bertrayek jauh, Ossy mengaku pihaknya menerapkan strategi berbeda. Meski bisa menggelontorkan armada dalam jumlah besar di satu trayek, mereka memilih melihat respon pelanggan di jalur yang mereka layani. “Kalau kami menerjunkan bus dalam jumlah banyak di satu trayek yang kami layani, akan banyak masalah. Salah satunya, penerimaan pengemudi tidak selektif karena tuntutan bus harus beroperasi. Kami tidak ingin tergesa-gesa,” ujar Ossy.
Ossy mengungkapkan, kegagalan pernah mereka alami saat trayek Jakarta-Padang dan Jakarta-Palembang baru dibuka pada tahun 2002. Tak sampai setahun mereka menutup jurusan Jakarta-Padang akibat terhantam tarif pesawat murah. Jalur ke Jawa Tengah dan Jawa Timur yang mereka rintis juga terhitung jatuh bangun. Akibatnya, armada yang sudah terlanjur dialokasikan harus dipindahkan ke trayek lain yang masih memiliki peluang.
Penambahan armada juga dilakukan dengan mempertimbangkan permintaan dari pelanggan. Menurut Ossy, penambahan tak akan dilakukan jika respon pelanggan jauh dari positif. Kejelian melihat peluang juga menjadi modal tersendiri. Trayek Bandung-Jambi misalnya, dipilih mengganti Jakarta-Padang karena angkutan bus relatif bisa bersaing khususnya dari sisi tarif. Kini setelah lebih dari sepuluh tahun beroperasi, PO Laju Prima melayani sedikitnya 30 trayek dengan jumlah armada yang dimiliki lebih dari 100 unit bus.






No comments:

Post a Comment