Wednesday 9 March 2016

P.O. Haryanto, Kesuksesan Bermodal Iman dan Ketekunan



Haryanto, adalah nama pemilik PO. Haryanto. Berawal dari kenekatannya merauntau ke Jakarta dari Kudus tanpa uang dan pendidikan. Haryanto akhirnya mendaftar sebagai anggota TNI yang merupakan cita-citanya sedari kecil. Cita-cita Haryanto akhirnya tercapai, pada tahun 1979 beliau mulai bekerja di kesatuan angkatan udara Kostrad di Tangerang. Tugas Haryanto di TNI AU adalah sebagai pengemudi, mengangkut alat-alat berat, meriam, beras dan perminyakan. Waktu itu penghasilannya sekitar Rp 18.000 per bulan. 

 

Pernikahan Haryanto Pada tahun 1982, Haryanto memberanikan diri untuk menikah. Namun, gaji belasan ribu yang diterimanya tiap bulan itu ternyata tak cukup untuk memenuhi semua kebutuhan hidupnya. Bahkan, rumah sewa berukuran 3 x 4 meter yang beliau huni bersama dengan istrinya tak mampu ia bayar. "Untuk membayar sewa rumah saja saya utang," kenangnya seperti dikutip dari fanspage PO. Haryanto (14/3). Dengan kondisi keuangan yang serba kepepet itulah, justru mempertebal semangat Haryanto untuk mulai mencari usaha sampingan. Nekat Membuka Usaha Sampingan Awal membuka usaha, beliau tidak langsung memiliki bus. Di tahun 1984, dengan modal tak lebih Rp. 1 juta dari tabungannya, Haryanto nekat membeli 1 unit angkot Daihatsu, dan beliau pun menyopiri angkotanya sendiri. Waktu itu rute angkotanya Pasar Anyar-Serpong.Meskipun telah memiliki usaha angkot, beliau tetap mengabdikan diri sebagai Prajurit TNI AU. Setiap hari beliau menyopir angkotnya dari jam 15.00-16.00, kemudian bekerja di Kostrad hingga pukul 19.00. Jam 22.00, ia mulai mengemudikan angkotnya lagi hingga dini hari. Bisa dibayangkan betapa sibuknya beliau saat itu. Meskipun jam tidur berkurang, demi anak dan istri, beliau harus tetap semangat menjalankan kesibukannya di kala itu. 

Berkat ketekunannya tersebut, tahun-tahun berikutnya, angkot Haryanto berkembang hingga ratusan unit. Modal untuk membeli angkot juga beliau dapatkan dari hasil kerja sampingannya yang lain, yaitu sebagai perwakilan bus PO Sumber Urip yang ia tekuni sejak 1990-2000. Meskipun dari bisnis angkotnya beliau bisa mengantongi jutaan rupiah perhari, namun Haryanto tak mudah berpuas diri. Tahun 1990 ia membuka satu gerai showroom mobil di Tangerang yang khusus menjual angkot dari beragam karoseri. Gerai ini tak membutuhkan modal yang banyak, Haryanto hanya menyiapkan lahan bagi mereka yang ingin menjual angkotnya. Setiap bulan sekitar 20-30 unit mobil berhasil beliau jual. 

Di usianya yang ke 43 tahun, sekitar tahun 2002, Haryanto mengajukan surat pengunduran diri dari TNI AU. Dan sejak pensiun itulah Haryanto mulai sibuk dengan bisnis barunya di Perusahaan Otobus, yaitu PO Haryanto. Kala itu Haryanto mendapat pinjaman dari BRI sekitar Rp 3 miliar. Uang itu ia gunakan untuk membeli 6 unit bus, dimana 1 bus harganya Rp 800 juta. Pada tahun 2013 lalu, jumlah karyawan Haryanto sekitar 500 orang. Haryanto mendidik sopir-sopirnya agar tak ugal-ugalan dan diprotes penumpang. Walau sudah menjadi juragan bus, Haryanto tetap tidak segan setiap hari nongkrong di terminal, memeriksa sendiri kondisi bus-busnya sambil mendengarkan keluhan penumpang. 
 
Sukses berbisnis trasnportasi, pada tahun 1997 beliau dan orang tua beserta istrinya berangkat ke tanah suci. Haryanto pun bertekad memberangkatkan para karyawannya ke tanah suci Mekkah. Akhirnya tekad tersebut berbuah kepada tradisi. Bagi karyawan yang taat dan tekun beribadah, Haryanto tak segan-segan membagi tiket untuk beribadah ke tanah suci Mekkah. Ada satu lagi keunikan dari armada po haryanto yaitu adanya lafazh sholawat dan basmallah yang tertempel di bis, dan bis juga wajib berhenti untuk sholat. Meskipun pangkat terakhirnya di TNI AU hanya Kopral, namun berkat ketekunannya menjalankan bisnis transportasi ini, penghasilan Haryanto pun tak mau kalah dengan seorang jenderal.

No comments:

Post a Comment