Sunday 13 March 2016

Sejarah PO Rosalia Indah



Berbekal pengalaman di bidang transportasi serta jiwa kepemimpinan yang teruji dan penuh motivasi untuk sukses, pasangan suami istri, Yustinus Soeroso dengan Yustina Rahyuni Soeroso merintis dari nol perusahaan perseorangan yang bergerak di bidang jasa transportasi darat dengan nama PO. ROSALIA INDAH. Pada Mei 1987 BPU. ROSALIA INDAH mengembangkan sayap usahanya dengan menggunakan sarana angkutan bis dalam mengoperasionalkan unit usahanya. Jasa layanan angkutan darat bis AKDP (Antar Kota Dalam Propinsi) ini hanya beroperasi beberapa waktu saja karena iklim kompetisi usaha di bidang jasa angkutan di Jawa Tengah saat itu memang sedang sangat ketat.
Perusahaan yang baru didirikan ini mengalami akselerasi perkembangan yang dinamis sehingga pada tanggal 21 Maret 1991 Perusahaan Otobus ROSALIA INDAH mengantongi izin usaha BIRO PERJALANAN UMUM (BPU) ROSALIA INDAH No. 05/D.2/BPU/III/1991 dengan alamat kantor di Jalan Raya Solo – Sragen KM. 7,5 Jaten, Karanganyar, Jawa Tengah. BIRO PERJALANAN UMUM ROSALIA INDAH adalah sebuah perusahaan yang sedang berkembang pesat dan merupakan perusahaan pribumi yang diperhitungkan dalam percaturan bisnis jasa angkutan darat di Indonesia. Perusahaan yang selalu mengedepankan pelayanan, keamanan, kenyamanan serta kebersihan armadanya ini pada tahun 1983 mulai mengoperasionalkan 1 (satu) kendaraan bermesin Isuzu dengan jalur lintasan/trayek antar kota jurusan Yogyakarta – Solo – Surabaya – Malang. Perkembangan selanjutnya armada Rosalia Indah bermesin Colt Diesel.
Ketatnya kondisi persaingan bisnis transportasi darat di era 1990-an bukan menjadi kendala bagi BPU. ROSALIA INDAH bahkan pada masa itu dijadikan titik tolak dari yang semula berorientasi pada pelayanan transportasi AKDP menjadi AKAP (Antar Kota Antar Propinsi) yang lebih memiliki daya jangkau luas, lebih handal dan lebih mantap hingga saat ini, dengan sumber daya manusia lebih dari 1000 personil dan lebih dari 140 kantor perwakilan dan agen Rosalia Indah tersebar di Jawa – Sumatera. Bahkan BPU. ROSALIA INDAH juga telah siap melayani pangsa pasar pariwisata dengan armada travel L-300 ataupun carter bis pariwisata.

Sejarah PO Zentrum



PO Zentrum merupakan pemain baru di bidang transportasi darat khususnya di armada Bis. berikut ini akan kami sajikan secara singkat sejarah dr PO Zentrum. Berawal dari kepemilikan beberapa Bis bekas oleh Owner PO Zentrum, Pak Candra (koh Wen), ada 4 unit armada (bekas PO lain). Armada-armada ini di titipkan ke sebuah PO yang bernama PO Argo Mas yang dikelola oleh seorang rekanan. Setelah beberapa tahun berjalan, PO Argo MAs tidak berkembang seperti yg diharapkan, sehingga pada pertengahan tahun 2010 diputuskan untuk menarik seluruh armada dan di operasikan oleh management baru dengan nama PO Zentrum, dibawah naungan badan hukum CV Zentrum Damai Sejahtera Bersama.
Dimulai dari armada medium "merah hitam" armada mulai berdatangan silih berganti, dilanjutkan generasi New Marcopolo Pelangi, hingga kini Jet Bus, Legacy Sky SR1, serta Discovery dari 2 Karoseri ternama di Indonesia, yaitu Adi Putro dan Laksana. Kedatangan ratusan armada baru tidak menyurutkan keberadaan 3 armada "Legenda" dari PO Zentrum. (1 armada telah perpindah kepemilikan) ke 3 armada tersebut masih menghiasi ramainya garasi, 4 armada "lama" tersebut mempunyai julukan atau nama yang diambil dari nama PO sebelumnya, yang pertama adalah "Kartika" armada ini adalah yang terbaru pada generasi sebelumnya, dinamai kartika karena memang di beli dari PO Kartika. Searang, ini merupakan armada kesayangan dari Pak Chandra, dari aslinya berbaju Panorama 3 dari laksana, dan sempat di bedah diganti dengan Lampu New Marcopolo dan kini berbaju(lampu) Jet Bus. yang ke 2 adalah Royal Sentul, armada berbody Nucleus 3 dari Laksana, hingga sekarang masih di gunaan untuk armada wisata. Yang ke 3 adalah "Ondel-Ondel" berbaju galaxy dr Tentrem, namun sayang, armada yg sebelumnya milik DVS Jakarta ini, sudah jarang beroperasi karena masalah kesehatan. Lha yang ke 4 ini sudah berpindah kepemilikan, yaitu armada Yudha, karena dulunya bekas dr Yudha Express.
Dengan seiringnya waktu, Zentrum berkembang dengan sangat pesat, management cukup jeli melihat peluang pasar, sehingga pada april 2012 di buka Divisi AKAP untuk jurusan Jakarta dan sekitarnya. Sehingga kin, PO Zentrum cukup komplet untuk melayani pasar AKAP dan Pariwisata.

Sejarah PO Sumber Alam



Bapak Yudi Setiawan Hambali membuka cerita Perusahaan Otobus PO Sumber Alam yang dimiliknya sekarang ini, telah melalui berbagai tahapan dalam perjalanan bisnisnya. Meski diakui oleh beliau bahwa cikal bakal PO Sumber Alam telah dirintis oleh sang nenek, Thung Tjie Hing yang kala itu masih menggunakan nama PO Tresno.
PO Tresno didirikan oleh sang nenek pada 40 tahun silam dengan menggunakan sebuah armada bus. Kemudian perusahaan tersebut berganti nama menjadi PO Hidup Baru setelah Thung Tjie Hing mewariskannya kepada anak dan cucunya.
Singkat cerita, pada tahun 1975 didirikanlah PO Sumber Alam sebagai sebuah perusahaan keluarga. Pada awal perjalanannya, PO Sumber Alam hanya menggunakan 6 unit bus untuk melayani trayek dengan tujuan Jakarta – Yogyakarta dan sebaliknya. Namun kini, setelah beberapa tahun berselang, PO Sumber Alam yang kami kelola telah memiliki sekitar 300 unit bus dengan berbagai trayek AKDP (Antar Kota Dalam Propinsi) maupun AKAP (Antar Kota Antar Propinsi).

Sejak tahun 1984 Pak Judi melakoni usaha ini seorang diri karena pada saat itu adik dan kakaknya memutuskan untuk tak ingin ambil bagian di dalam bisnis ini lagi. Diakui sendiri oleh beliau, bahwa keinginan kuatnya untuk membangun dan mengembangkan usaha otobusnya ini membuatnya semakin mudah menghadapi berbagai kendala serta permasalahan yang dihadapinya. “Saya dulu menangani bagian teknik. Meski awalnya PO ini milik keluarga, namun saya tetap bekerja seperti karyawan yang lain, semua sama. Sejak tahun 1984, semua saya kelola termasuk mengatur sistem dan mekanisme yang diterapkan pada perusahaan ini. Semuanya saya peroleh dari pengalaman, learning by doing,” tutur pria penggemar Harley Davidson dan BMW ini. Sejak saat itu pula ia menutup usaha bengkel motornya dan memfokuskan segala tenaga dan pikirannya kepada bisnis ini.
Pada 1984, perekonomian daerah seperti di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta cukup baik dan bisa dikatakan meningkat karena banyak sekali masyarakat desa atau daerah yang bekerja di kota-kota besar seperti Jakarta. Tentu saja hal tersebut memberikan efek positif bagi perkembangan bisnis transportasi yang digeluti oleh beliau. Meski sempat pula merasakan penurunan jumlah penumpang karena disaat yang hampir bersamaan dioperasikan pula kereta api Sawunggalih yang berangkat dari stasiun Kutoarjo.
Kondisi tersebut disikapi beliau dengan melakukan sejumlah pembenahan rute yang dilintasi oleh armada bus miliknya ini. Yang dilakukan oleh beliau beserta armada busnya adalah dengan melewati jalur-jalur di kawasan industri yang tersebar di pinggiran kota Jakarta. “Jalur-jalur seperti ini yang tidak dapat dilewati oleh kereta api, padahal kebanyakan kaum urban yang berasal dari Kutoarjo dan sekitarnya ini bekerja pada industri di kawasan tersebut,” kata Pak Judi. Di masa krisis seperti sekarang ini, diakui oleh beliau, tak berpengaruh pada bisnisnya. Namun ia beserta armadanya tetap harus menekan biaya operasional yang dari tahun ke tahun cenderung membengkak. “Biaya operasional kami tekan, tapi biaya maintenance kendaraan tidak. Kami selalu menggunakan spare parts asli,” imbuhnya.
Dengan dibantu oleh sang istri, Retno Harlani Judana beserta seluruh karyawannya, PO Sumber Alam mampu melejit menjadi salah satu PO yang di segani dan mendapat prioritas utama di hati para pengguna jasa transportasi khususnya bus di wilayah Jawa Tengah. “Seluruh karyawan adalah keluarga besar kami. Jika mereka berpotensi dan berprestasi, mereka akan kami sekolahkan sebagai wujud perhatian kami kepada mereka. Banyak karyawan kami yang bergelar S1,” ungkapnya. Hubungan antara pemilik dan karyawan yang telah berjalan baik ini merupakan salah satu kunci keberhasilan beliau menjalani bisnis jasa transportasi ini.
Saat ditanya tentang apa yang membedakan antara bus Sumber Alam dengan armada bus lainnya, Pak Judi berujar, “Armada bus kami selalu tepat waktu, tidak menaikkan penumpang di tengah jalan, harga tiket yang sesuai regulasi, dan berapapun jumlah penumpangnya bus kami tetap berangkat. Sekarang kami punya sekitar 30 tujuan untuk wilayah se-Jabotabek, dari Karawang sampai Merak.” Oleh karenanya sungguh tak mengherankan jika PO Sumber Alam telah dua kali diberi penghargaan oleh Menteri Perhubungan, tepatnya pada tahun 2005 dan 2007 lalu. Prestasi tersebut merupakan wujud penghargaan atas komitmen yang diberikan kepada para pengguna jasa transportasi, khususnya bus. “Penghargaan tersebut semakin memacu kami untuk terus memberikan yang terbaik bagi para pengguna jasa transportasi. Jadi jika pelanggaran yang akan merugikan penumpang, pasti akan kami tindak tegas,” imbuh Anthony Steven Hambali, putra kedua Pak Judi yang juga ikut membantunya meneruskan bisnis jasa transportasi ini.


Sejarah PO Raya



Pada mulanya PO Raya ini berawal dari sebuah bisnis truk bernama RADAR pada tahun 1959. sekitar tahun 1962 pemiliknya menambah 2 truk lagi yang di beri nama RAYA (dinamakan "RAYA” dikarenakan tempat membeli truk tersebut berada di jalan RAYA BARAT – BANDUNG). Sekitar tahun 1967 truk mulai dijual dan membeli 1 bis bekas merk DODGE keluaran thn 1960 dari PO.SUKA MULYA (SUKABUMI), nah barulah pada tahun 1968 PO.SUKA MULYA berganti nama PO.RAYA yang berarti “BESAR”. Yang didirikan dan dikelola oleh Bpk. Witikno dan dibantu Bpk. Ranu Wijaya (adik kandung dari Bpk. Witikno).
Pada tahun 1982 mereka berekspansi dengan membuka trayek Solo-Jakarta, tepatnya di bulan Desember dengan armada awal 4 unit mercedes-benz OF 1113, terdiri dari 2 Non AC dan 2 AC VIP, itu kemungkinan kenapa hingga saat ini non ac dan vip ( executive 28 ) tetap dipertahankan, karena merupakan roh dari Raya. Armada Raya terus berkembang dan berganti menjadi OH 1113 pada tahun 1984. Kemudian pada tahun 1986 raya mendapatkan seat pesawat DC-10 dari Maskapai Garuda, melalui bantuan karoseri Laksana, yang akhirnya menjadi trademark PO Raya, dan di akhir 80an pula PO raya terus berkembang dengan adanya saudara baru mereka untuk trayek solo jogja yaitu PO SEDYA UTAMA.
Awal 90an raya masuk Bogor dengan 3 armada, dan kemudian buka trayek lebak bulus, Raya terus berkembang hingga puncaknya sebelum krisis 1998, dengan sekitar 50an armada, lalu pada tanggal 10 bulan Maret tahun 2000, Bpk. Witikno meninggal dunia yang selanjutnya tahun 2000-2004 PO.RAYA dikelola oleh Bpk.Ranu Wijaya (adik kandung dari Alm.Bpk.Witikno) dan Bpk.Nata Laksana (anak kandung dari Alm.Bpk.Witikno).
Pada tanggal 1 Januari 2005, Bpk.Ranu Wijaya mengundurkan diri dari perusahaan, dan diserahkan sepenuhnya kepada Bpk.Nata Laksana dan dikelola bersama dengan Bpk.Brata Laksana (adik kandung dari Bpk.Nata Laksana). di tangan keduanya PO raya semakin maju dengan ada divisi baru yaitu raya Pariwisata pada tahun 2006.
Untuk mengakomodasi tempat/garasi yang semakin luas karena penambahan jumlah armada maka di pertengahan tahun 2010 PO Raya memindahkan garasi mereka dari gading kidul 45A ke tempat yang lebih luas di jalan raya bulakrejo no 4 sukoharjo, di awal 2011 Raya juga mebuka trayek baru yaitu jakarta - solo - gemolong dan jakarta -solo- sragen, dan ada rencana membuka kembali trayek yang mati suri.
Selain ukuran kursi yang lebih lega (dibanding PO) lain (ya jelas lebar, karena cuma Raya yang mengadopsi seat pesawat dalam body Bus), banyak keistimewaan dari Bus ini. salah satunya adalah armada yang di pakai rata-rata usianya dapat dibilang sudah tua, tapi karena PO Raya sangat memperhatikan kenyamanan, perawatan dilakukan dengan sangat rutin dan teliti sehingga meski banyak yang bilang RAYA bus tua, tapi tetap mantap dan bersahaja. Satu lagi menurut info bus RAYA punya ukuran body yang lebih lebar dibanding bus-bus keluaran baru lho. katanya pihak karoseri sengaja melebarkan body RAYA lebih kurang 15-20cm supanya body ngerti banget kebutuhan Raya.

Sejarah PO Pahala Kencana



Nama Pahala dikenal di Jawa Timur sejak tahun 1970 an. Awal muasalnya PO ini namanya cuma Pahala saja tanpa Kencana. Jalur yang dilayanipun sangat beda dengan jalur sekarang. Dahulu Pahala di Jatim hanya melayani bis bumel / ekonomi jurusan Surabaya - Madiun - Solo dengan armada bermerk Ford serie D. Warna bis Pahala waktu itu juga putih dengan garis biru sederhana. Ada juga yang berwarna merah polos untuk armada jenis Ford Metsec built up non AC seat 2-2. (Type Metsec ini adalah type bis terbaik saat itu, umumnya dipakai untuk bis wisata). Kalau tidak salah kala itu semua bis Pahala masih ber nopol AD. 
Menjelang hingga di awal tahun-tahun 80 an Pahala sempat menghilang. Tiba-tiba seiring dengan perkembangan zaman Pahala muncul lagi (masih bermain di kelas bumel) dengan menambahkan nama Kencana dibelakangnya menjadi Pahala Kencana. Armadanya pun berganti menjadi Mercedes Benz LP 911 (type MB dengan overhang depan pendek yang sangat populer waktu itu). Anehnya ketika muncul menjadi Pahala Kencana livery Pahala Kencana berubah menjadi sama persis dengan Sumber Kencono dan garasi / poolnya-pun jadi satu dengan Sumber Kencono. Dugaan saya Pahala Kencana yang ini adalah Pahala Kencana yang diakuisi oleh Sumber Kencono, apalagi beberapa tahun kemudian armada MB 911 Pahala Kencana resmi berganti tulisan menjadi Sumber Kencono.
Sejarah Pahala Kencana di dunia bumel di jalur Surabaya - Madiun - Solo berakhir sejak itu hingga akhirnya secara mengejutkan muncul lagi menyandang nama Pahala Kencana di jalur bis malam Jakarta - Surabaya - Malang di tahun-tahun menjelang 90 an. Bis Malam Pahala Kencana ini muncul di jalur Jakarta -Surabaya - Malang ketika bis Executive Class mulai dikenalkan. Sebelumnya kelas tertinggi di bis malam hanyalah kelas VIP. Seingat saya Pahala Kencana mengandalkan MB OH 1113 Prima dengan model banteng buatan Morodadi pada saat awal masuk di jalur ini. Kemudian setelah itu PK memperbarui armadanya dengan chassis type yang sama dengan model mirip RS Jetliner tapi bukan produk RS melainkan produk Laksana dan Morodadi.Patriot. Setelah itu, ketika MB meluncurkan 1518 dan 1521, PK memperbarui lagi armadanya dengan body Laksana, Trijaya Union serta Morodadi dengan ciri khas kaca samping depan bergaris body miring mirip euroliner. 
Sejak awal kemunculannya di bis malam di jalur ini PK menempatkan diri sebagai bis malam yang berkelas tinggi. Apalagi ketika kelas SE marak, PK mempunyai kelas tersendiri karena memberikan service makan penumpang di RM Hotel terbaik di Tuban (Hotel Mustika) untuk penumpang kelas SE nya. Meskipun dibanding pesaingnya (Lorena, Continental dan Kramat Djati) PK terhitung baru, tapi keberadaan PK tidak bisa diremehkan.
Memasuki tahun 95 - 96 PK sempat mengalami stagnasi.  Armada PK terlambat dalam peremajaan. Armadanya yang didominasi bikinan Laksana dan Trijaya Union tampak uzur ditengah gemerlap Lorena berbaju Setra dan Kramat Djati Euroliner. 
Untung saja PK termasuk PO yang berani melakukan gebrakan. Di tahun 97 - 98 tiba-tiba PK berani meluncurkan Hino RG dengan baju RS Euroliner untuk kelas SE dan mengenalkan livery ombak barunya yang menawan. Ditambah lagi dengan RG berbaju Royal Coach AP yang pertama kali dipakai di bis malam. Krisis ekonomi di tahun-tahun berikutnya melanda Indonesia, Namun demikian PK tetap berani meremajakan armadanya terus menerus. Hino RG kian jadi andalannya untuk menggantikan MB 1518 dan 1521 dan body Adi Putro pun makin identik dengan PK.
Sayangnya, daya beli masyarakat makin menurun hingga akhirnya SE Class PK lenyap dari peredaran tak lama setelah PK merilis Neoplannya di sekitar tahun 2000 an. Kecocokan PK dengan Hino dan Adi Putro makin menjadi-jadi dengan makin banyaknya armada PK RG Old Travego hingga Setra Selempang dari tahun 2002 - 2004. Bukan itu saja PK pun berani juga membuat gebrakan dengan mengoperasikan Volvo B7R dengan baju AP Setra Selempang dan RS Celcius untuk jalur Jakarta - Surabaya -Malang ini. Namun akhirnya hitung-hitungan ekonomis pula yang memaksa PK memensiunkan dini Volvo dan Neoplan dari jalur bis malam dan memindahkannya ke jalur wisata. Bukanlah PK kalau tidak selalu bikin kejutan lagi. Di tengah-tengah prediksi bahwa PK sudah mantap dengan kesetiannya terhadap Hino dan AP, tiba-tiba di tahun 2007 PK kembali menoleh ke Laksana untuk membangun body Panorama dan Proteus dengan livery baru lagi untuk armada RK8 235 barunya.
Bahkan yang lebih mengejutkan lagi PK pun menoleh kembali ke MB 1525 dengan baju yang sama, baju Proteus Laksana. Gebrakan tidak berhenti disitu, PK pun makin tidak bisa diprediksi karena tiba-tiba jatuh cinta kepada Tentrem dengan model Galaxy dan Jupiter untuk armada berbasis Hino R260-nya, sementara armada lama direnovasi di Centralindo. Begitulah PK, dari waktu ke waktu selalu dinamis dan penuh dengan spekulasi. Kita lihat saja, apa lagi gebrakannya dalam waktu dekat setelah memastikan diri mengantongi trayek baru Jakarta - Mataram hasil akusisi dari Karya Jaya, serta trayek baru lainnya Jakarta - Pekanbaru.